Selamat datang ke Wonderland ini para ALICE-ku yang tersesat...

Sabtu, 03 Oktober 2009

Cerpen: Love & Truth

Kuharap seseorang mengetahui diriku yang sebenarnya….

Bel istirahat berbunyi. Tsubasa keluar dari sebuah ruangan bertuliskan “kelas X.5”.Ia pun segera menuju tempat favoritnya. Namun, saat ia sampai disana, sudah ada orang lain yang sampai duluan disana. Di taman rahasia miliknya seorang diri itu terlihat sosok seorang siswi sedang jongkok dan mengangkat seekor kucing hitam yang biasa menjadi satu-satunya teman yang menemaninya.
“Anu… kamu siapa?” Tanya Tsubasa
“Ah, maaf. Ini tempat pribadimu ya?.” Siswi itu berdiri
“A-aah~ tidak apa-apa. Ini bukan tempat pribadiku. Aku Cuma suka disini saja karena tenang.”
“Hoo~ kalau begitu, aku numpang main di sini ya.” Ujar iswi itu dengan ceria
Tsubasa lalu duduk di sebuah bangku kayu panjang klasik yang ada di situ. Ia terus memperhatikan siswi itu bermain dengan kucing hitam temannya itu. Tiba-tiba kucing hitam itu melompat dan meligkar di pangkuan Tsubasa.
“Tampaknya ia ingin kembali ke majikannya ya.” Kata siswi itu
“Eh, euhm… sepertinya…” Jawab Tsubasa dengan senyum kecil
“Aku Tsukishiro Hikari kelas XI IPA 1. Kamu?” Siswi itu mendekati Tsubasa dan menjulurkan tangannya
“Aku Haruka Tsubasa kelas X.5. Salam kenal.” Tsubasa menyambut tangan Hikari
“Tsubasa-kun, kamu kan cewek, kok pakai seragam cowok? Hi hi…” Hikari tertawa kecil
“He? Kok kamu tahu? @.@” Tsubasa terkejut
“Nfu fu… >3 mataku jeli lho.”
“Euhm… kamu bisa jaga rahasia, ‘kan?”
“Tentu saja. Tenang saja, dengan Hikari, semua rahasia pasti aman.” Hikari membanggakan diri
Tsubasa kemudian menjelaskan alasan kenapa ia berpakaian seperti cowok. Alasannya ia menyamar jadi cowok karena ia punya pekerjaan sebagai anggota dari sebuah band dimana manajemennya hanya khusus cowok. Karena hal itu merupakan impian keempat kakak-kakaknya, ia mengalah karena kasihan kakak-kakaknya itu. Karena itu, dimana-mana ia harus berperan sebagai cowok.
“Hee… Tsubasa-kun baik sekali ya. Demi kakak-kakakmu kamu rela menyamar. Tapi kamu cocok malah pakai
baju cowok. Hi hi…” ledek Hikari
“Uuh~ Hikari-chan kejem T.T. Tapi aku juga ogah pake baju cewek.”
“Hi hi… Tsubasa-chan tomboy ya.”
“Luarnya doang. Dalamnya sih feminim banget.”
“Hee… Tsubasa-chan, sebagai ganti aku menjaga rahasiamu, ajak aku ke konsermu ya.”
“Euhm… tapi janji ya, jangan kasih tau siapa-siapa.”
“Janji kok ^^”
Tsubasa merasa sedikit lega karena setidaknya ada seorang yang tau tentang dirinya dan ada orang yang bisa ia ajak mengobrol. Karena, selama ini Tsubasa menjaga jarak hubungannya dengan orang lain agar identitasnya yang sebenarnya tidak ketahuan. Tapi, beda hal untuk Hikari. Ia mempercayai Hikari sepenuhnya.

*********
Katakan….
Apa rasa ini cinta atau hanya rasa ke-ibuan…

Hari masih pagi dan jam menunjukan pukul 06.00. Suasanya sekitar masih diselubungi embun yang sejuk. Tsubasa menarik nafas dan menikmati udara bersih di pagi hari yang sudah jarang ditemukan. Ia kemudian beranjak ke kursi favoritnya. Di sana ia duduk dan seekor kucing hitam yang biasa menemaninya di taman kecil itu. Tsubasa berangkat terlalu cepat kesekolah sehingga ia menjadi mengantuk. Ia pun memejamkan matanya ‘tuk beristirahat sejenak.
Beberapa saat kemudian ia terbangun. Ia merasa sesuatu yang empuk menopang kepalanya. Saat ia sadar, ia berada di pangkuan Hikari. Tsubasa terkejut lalu ia pun bangun. Hikari tertawa kecil melihat reaksi Tsubasa.
“K-k-kenapa Hikari-san ada di sini?” wajah Tsubasa memerah
“Nfu fu…. Tsubasa-chan lucu ya kalo tidur. Padahal dari tadi aku perhatiin kamu dari atas sini.” Hikari menunjuk kea rah sebuah batang pohon yang lumayan besar
“He? Dari pertama aku datang?”
“Yapz ^.^” Hikari mengangguk
“Kenapa kamu nggak negur aku?”
“Habis, Tsubasa-chan keliatan capek sekali, aku jadi nggak tega ngebangunin kamu.” Hikari berdiri dari bangkunya
“Tapi… kalau ada yang lihat gimana?”
“Tenang. Cuma kita berdua yang tahu taman ini.” Hikari mengatakannya dengan senyum lembut
Jantung Tsubasa tiba-tiba berdegup kencang. Wajahnya pun tiba-tiba memerah dan mukanya terasa panas. Ia sendiri bingung dengan hal itu. “apa aku lagi demam?”, pikirnya. Hikari yang melihat keanehan pada Tsubasa menempelkan keningnya ke kening Tsubasa.
“Panas sekali. Kamu sakit ya?” Ujar Hikari
“Y-ya, mungkin.” Tsubasa mengatakannya dengan ragu
“Mau kuantar ke UKS? Mumpung belum masuk.” Tsubasa mengangguk sebagai jawaban
Hikari mengantarkan Tsubasa ke UKS. Sayangnya saat itu gurunya sedang tidak ada sehingga Hikari terpaksa mengurusi Tsubasa. Ia mengambil sebuah sapu tangan dari kantung bajunya dan membasahinya dengan air dingin dan menempelkannya di kening Tsubasa. “aaah~ tangannya lebih dingin dibandingkan kain ini.’’ Ujar Tsubasa dalam hati. Tanpa ia sadari, ia memegangi tangan Hikari yang sedang mengompresnya itu.
“Tsubasa-chan?” Hikari kebingungan atas tindakan Tsubasa
Namun, saat ia lihat keadaan Tsubasa, ternyata ia tertidur lagi. Hikari pelan-pelan melepaskan genggaman tangan Tsubasa dan duduk di sebuah bangku di samping Tsubasa lalu ikut tertidur disamping ranjang Tsubasa.

********
Tsubasa terbangun. Ia melihat kakak laki-lakinya, Sora sedang duduk disampingnya sambil membaca buku. Melihat adik perempuannya itu terbangun, Sora tersenyum.
“Sudah enakan?” Tanya Sora
“Ya… lumayan.” Jawab Tsubasa
“Kok kamu bisa tepar ‘gini sih?” Sora heran
“Euhm… aku nggak tahu. Pas aku sedang bicara dengan seseorang, jantungku tiba-tiba berdebar tidak
karuan dan kepalaku terasa pusing.”
“Huaaa~ Tsubasa-chan jatuh cinta ha ha…” Sora mengejek adiknya
“He? Nggak mungkin!!!” Wajah Tsubasa memerah
“Tsubasa-chan… perasaan itu nggak mungkin kamu rasakan kecuali kamu cinta sama seseorang.” Kata Sora dengan lembut.
Mendengar hal itu Tsubasa termenung sendiri dan memikirkan kata-kata kakaknya itu. Ia tidak memikirkan hal tersebut karena orang yang mungkin dicintainya adalah orang yang tidak boleh ia cintai. Ia pun menepis pemikirannya bahwa ia mungkin mencintai Hikari.Sora kemudian mengajak adiknya itu pulang namun Tsubasa menolaknya dengan alasan masih ada tugas yang perlu ia lakukan. Sora pun tidak memaksa Tsubasa.
Tsubasa kemudian menuju ke taman kecilnya itu untuk mencari Hikari. Sesampainya disana, ia tidak menemukan siapa-siapa. Entah kenapa hatinya merasa gelisah. Tiba-tiba dari belakangnya, ada yang menutup matanya dan berkata, “tebak siapaa?” dengan suara yang sangat dikenal Tsubasa. Tsubasa pun tersenyum lembut dan menjawab, “Hikari…” dengan nada yang lembut.
Hikari melepas tangannya dari Tsubasa. Tsubasa memutar dan menghadap Hikari. Ia merasa lega saat melihat dirinya. Tsubasa kemudian mengucapkan terima kasih pada Hikari.
“Tsubasa-chan…” Ujar Hikari
“Ya?”
“Aku boleh minta tolong nggak?”
“Minta tolong apa?”
“Guru musikku menyuruh kelasku untuk menyanyi nanti saat pelajaran musik. Masing-masing murid harus punya pengiring piano. Sedangkan Karena jumlah murid di kelasku ganjil, aku jadi tidak punya pengiring. Kata guruku aku boleh mencari pengiring lain dari kelas lain. Karena itu… Tsubasa mau tidak jadi pengiringku?”
“Emm… ok ^^.”
“Arigatou Tsubasa-chan!!!” Hikari memeluk Tsubasa
Saat Hikari memeluk Tsubasa, jantungnya lagi-lagi berdetak kencang. Lagi-lagi perkataan Sora tentang hal itu terlintas di pikirannya. Ia pun menepis anggapannya lagi.

Jangan biarkan perasaan ini menjadi kenyataan
Karena sesungguhnya…
Aku tidak boleh mencintaimu…

*************

Esok harinya, saat jam pelajaran musik di kelas Hikari, Tsubasa izin ‘tuk mendampingi Hikari menyanyi. Ternyata dikelas itu, setiap murid lain sudah mempunyai pasangannya sendiri kecuali Hikari. Ia duduk di pojok sendirian sambil membaca buku. Saat Tsubasa memasuki kelas itu, semua mata tertuju padanya. Tsubasa menghiraukan mereka dan duduk di samping Hikari.
Tsubasa dan Hikari tidak tahu lagu apa yang harus dinyanyikan nanti karena bahan tesnya diberikan langsung dari gurunya. Banyak murid yang daritadi belum lulus tes. Tsubasa berharap ia dan Hikari dapat lulus tesnya.
“Hikari-senpai (senior hikari), kamu… sudah menguasai semua lagu yang kira-kira akan diajukan?” Tanya
Tsubasa cemas
“Emm… lumayan ^^. Rata-rata lagu-lagu ini nggak terlalu susah kok. Memang sih sebagian yang dapet lagu luar pasti kewalahan. Tapi,aku lumayan suka pelajaran musik, jadi aku sudah hapal lagu-lagu itu.”
“Senpai hebat ya.”
“Nggak juga kok ^^. Aku Cuma bisa menyanyi saja. Aku sama sekali tidak bisa bermain musik. Kalau Tsubasa kan, bisa semuanya, iya ‘kan?”
“Emm… tidak juga. Aku Cuma bisa memainkan Piano, Gitar, Biola dan menyanyi saja. Yang lainnya aku tidak
bisa.”
“Tapi , itu saja sudah lumayan banyak kan? Yah, setiap orang pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan
masing-masing.”
“Euhm… iya sih.”
Tak lama kemudian, gurunya memanggil mereka. Mereka pun maju ke depan. Saat melihat Tsubasa menjadi pendamping Hikari, ia mengamati Tsubasa sebentar dan kemudian memberikan sebuah partitur musik padanya dan Hikari yang bertuliskan ”YUI – goodbye days” seharusnya lagu ini dimainkan dengan gitar tapi karena gurunya hanya mengizinkan piano, maka terpaksa Tsubasa memainkannya dengan piano. Lagu ini cukup susah untuk dimainkan di piano dan juga untuk dinyanyikan karena nada-nadanya tinggi. Tapi, bagi Tsubasa, ini tidak terlalu susah. Hikari juga tersenyum saat melihat partitur ini. Akhirnya mereka pun mulai berduet.
Semua yang ada diruang terkagum atas performa mereka. Nyanyian Hikari yang merdu dan alunan piano Tsubasa yang dipadu menjadi satu memikat hati para penontonnya. Mereka bermain sangat sempurna tanpa ada satu kesalahan pun. Gurunya pun terkagum dengan penampilan mereka.
Saat tengah bermain, Tsubasa berkata dalam hatinya ”aah~ suaranya bagus sekali. Aku tidak pernah merasa senikmat ini saat bermain piano. Ini berkat dirinya…”. Permainan piano Tsubasa terasa berbeda sekali bagi dirinya. Ia merasa sangat senang saat ini.
Saat mereka selesai memainkannya, penonton pun bertepuk tangan dengan meriahnya. Tsubasa dan Hikari tersenyum puas satu sama lain. Gurunya pun mengucapkan selamat bagi mereka dan memberikan mereka nilai sempurna.
Seusai kelas musik, Hikari dan Tsubasa menuju ke tempat rahasia mereka. Taman kecil mereka. Disana Hikari yang sangat girang karena mendapat nilai sempurna memeluk Tsubasa erat-erat. Tsubasa lagi-lagi berdebar seperti sebelumnya. Tak bisa menahan debaran itu, Tsubasa tiba-tiba melepaskan pelukan Hikari dan memojokkannya ke pohon dan menahan kedua tangan Hikari hingga ia tidak bisa bergerak.
“Tsubasa-chan?” Hikari merasa ada yang aneh dengan Tsubasa
“….. Hikari-senpai…” Tsubasa hanya menyebut namanya
“Kamu kenap-“ Omongan Hikari terpotong karena tiba-tiba tsubasa mencium dirinya
Hikari terkejut dengan perbuatan Tsubasa. Semenit kemudian, Tsubasa melepaskan ciumannya. Ia pun terkejut dengan perbuatannya sendiri.
“S-senpai… aku… aku tidak bermaksud-“ Plak!! Hikari menampar Tsubasa
Wajah Hikari terlihat terluka atas perbuatan Tsubasa. Ia pun melarikan diri. Tsubasa ingin mengejarnya tapi hatinya mengatakan untuk tidak melakukannya. Pipinya yang ditampar Hikari merah dan terasa sangat sakit. Tapi, yang lebih sakit lagi adalah hatinya. “Bodoh!” ia berkata pada dirinya sendiri.

Bodohnya aku menghancurkan satu-satunya cahaya yang menerangi lubang ini

**********
Setelah kejadian itu, Tsubasa kembali kerumah dan Sora sangat terkejut melihat pipi adiknya yang merah karena hasil tamparan Hikari.
“Tsubasa, pipimu kenapa?” Sora menghampiri Tsubasa dengan cemas
Tsubasa tidak merespon pertanyaan kakaknya itu. Ia malah tiba-tiba menangis. Sora merasa ada yang aneh dengan adiknya itu sehingga ia membawanya ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Sora meninggalkan Tsubasa sebentar untuk mengambil air minum dan handuk basah untuk mengompres pipi Tsubasa.
Setelah Sora memberi Tsubasa minum dan mengompres pipinya, tak lama kemudian Tsubasa berhenti menangis. Sora lega akan hal itu.
“Sebenarnya ada apa sih? Apa kamu ada masalah disekolah?” Tanya Sora
Tsubasa melihat Sora dan menceritakan segala kejadian yang ia alami disekolah. Sora yang mendengar hal itu sangat terkejut atas apa yang diceritakan adiknya itu. Ia tidak menyangka adiknya akan berbuat hal itu. Tapi ia juga merasa bersalah karena ialah yang membuat Tsubasa terpaksa menyamar menjadi lelaki di sekolah sehingga mungkin Tsubasa terbiasa hidup sebagai seorang lelaki.
“Tsubasa… maaf ya. Gara-gara aku perasaanmu juga menjadi lelaki. Ini salahku. Seandainya aku tidak mengajakmu bergabung dengan kami… semua hal ini tidak akan terjadi dan kamu pasti bisa hidup normal sebagai seorang wanita.” Sora meminta maaf
“Ini bukan salah kakak. Seandainya aku bisa mengendalikan perasaanku juga, semua ini juga tidak akan terjadi.”
“Jadi bagaimana rencanamu setelah ini?”
“Aku ingin meminta maaf… tapi aku takut. Aku takut ia tidak akan mau memaafkanku. Aku takut menghadapi dirinya..” Tsubasa mengendapkan wajahnya ke tangannya yang memeluk kedua kakinya
“Tsubasa… tapi menurutku lebih baik kau meminta maaf padanya dan katakan hal itu tidak sengaja terjadi. Daripada kamu terus memendamnya, lama-lama akan semakin sakit lho.” Sora menasihatinya
“Uhh… itu memang benar… tapi aku benar-benar takut ‘tuk berhadapan langsung dengannya.”
“Aku akan bantu kalau begitu ^^.”
Esok harinya, Sora pergi ke kelas Hikari ‘tuk menemuinya. Hikari bingung saat dipanggil oleh Sora karena ia tidak kenal sama sekali padanya. Hikari tadinya ingin menolak ajakannya karena ia tidak mengenal Sora, tapi saat Sora bilang ia adalah kakaknya Tsubasa dan ingin membicarakan sesuatu tentang Tsubasa, ia pun tidak menolak ajakannya karena sesungguhnya Hikari merasa bersalah karena menampar Tsubasa kemarin.
Sora ternyata mengajak Hikari ke taman rahasia itu. Hikari tidak menduga ada orang lain juga yang mengetahui tempat ini.
“Kenapa kamu tahu tempat ini?” Tanya Hikari
“Dulu, aku sering main disini dengan kakak angkatku. Dia orang yang sangat baik dan sangat peduli padaku dan Tsubasa. Dia mempunyai satu impian. Yaitu ‘tuk membuat sebuah band yang anggotanya adalah keluarganya. Suatu hari, kami mendapat tawaran dari satu management terkenal. Sayangnya, mereka hanya mempekerjakan lelaki disana. Kami yang tidak mau meninggalkan satu orang pun, hanya mempunyai 2 pilihan, menolak tawaran itu atau Tsubasa terpaksa menyamar menjadi lelaki. Tentu saja kakak angkatku tidak tega membiarkan adik perempuannya harus selamanya menjadi lelaki. Tapi, Tsubasa berpikir lain. Ia tidak mau impian kakaknya hancur hanya karena dia seorang diri. Akhirnya, ia pun mengubah penampilannya menjadi persis sekali seperti seorang lelaki. Hikari-chan… kamu satu-satunya orang yang tahu Tsubasa itu wanita ‘kan? Aku ingin minta tolong kamu agar ia bisa bersikap seperti dirinya sendiri. Karena, akhir-akhir ini ia tampak ceria saat menceritakan dirimu. Kamu… satu-satunya orang yang bisa membuatnya tertawa dari lubuk hatinya…”
Mata Hikari berkaca-kaca saat mendengar cerita Sora. Ia tidak kuasa menahannya dan akhirnya ia pun menangis.
“Aku… aku sebenarnya tidak benci pada Tsubasa. Hanya… kemarin aku terkejut dengan perbuatannya.” Kata Hikari sembari menangis
“Ia mungkin sedang tidak bisa mengontrol perasaannya. Ia sangat senang karena kamu mau menerima dirinya apa adanya dan menjaga rahasiannya baik-baik. Aku mohon… maafkanlah dia.” Sora memohon
Hikari mengangguk sebagai jawaban. Sora merasa senang mendengar hal itu. Sora meminta Hikari untuk tetap ditaman itu. Ia bilang bahwa ia akan kembali sebentar lagi. Namun, sudah 25 menit Hikari menunggu tapi tidak ada tanda-tanda Sora kembali. Hikari hendak meninggalkan tempat itu saat tiba-tiba dari kejauhan terlihat sosok Tsubasa berjalan menghampirinya.
Hikari terdiam melihat sosok Tsubasa. Tsubasa kemudian berhenti di depannya. Tsubasa tiba-tiba membungkuk meminta maaf pada Hikari.
“Gomenasai, Hikari-senpai!!!” Ujar Tsubasa
“Tsu-Tsubasa! Jangan membungkuk gitu dong.” Hikari merasa tidak enak
“Maaf… waktu itu aku tidak bisa mengontrol perasaanku hingga aku melakukan hal yang tidak pantas padamu.” Kata Tsubasa masih membungkuk
“Sudah tidak apa-apa… aku mengerti koq. Maafkan aku juga yak arena menamparmu waktu itu.” Hikari memeluk Tsubasa.”
Tsubasa merasa lega karena Hikari mau memaafkan dirinya. Mereka pun tetap menjadi teman baik lagi setelah itu dan sering bertemu di taman kecil itu.

sebenarnya aku memang mencintaimu…
Tapi memang lebih baik kalau perasaan ini kupendam jauh dilubuk hatiku yang terdalam

**********
Rasa ini sungguh tak wajar
Namun kuingin tetap bersama dia…
Untuk selamanya…

Setahun kemudian Hikari lulus dan masuk perguruan tinggi yang terkenal jurusan kedokteran. Kebetulan, rencana Tsubasa juga ingin masuk kesana karena memang fakultas itu terkenal akan jurusan kedokterannya.
Semenjak kelulusan Hikari, Tsubasa merasa keepian karena tidak ada lagi yang menemaninya di taman kecil itu. Walau tinggal setahun lagi hingga ia masuk kuliah, tapi bagi dia hal itu terasa sangat lama tanpa keberadaan Hikari yang selalu menemaninya. Tsubasa sebenarnya masih sering berhubungan dengan Hikari lewat telepon tapi ia rindu ingin melihat sosok Hikari. Berhari-hari Tsubasa jalani sendiri tanpa seorang yang dapat membuatnya tertawa seperti Hikari. Hatinya terasa hampa.
Hari demi hari, bulan pun berganti, tak terasa ujian akhir sudah dekat. Tsubasa pun belajar mati-matian agar dapat masuk ke fakultas tersebut dan disaat hari pengumuman pun tiba, Tsubasa berhasil diterima di fakultas itu dengan nilai tertinggi.
Tsubasa merasa sangat senang tujuannya tercapai. Ia pun mengabarkan hal itu pada Hikari lewat SMS. Tapi, jawaban hikari yang tidak diduga itu membuat hati Tsubasa merasa sesak karena disana ia menulis,:

”Wah, syukurlah Tsubasa-chan ^^ hebat ya kamu bisa dapet nilai tertinggi. He he… Oh ya, kalau sudah masuk sini, nanti kukenalin deh sama pacarku… he he…”

Karena tidak ingin dicurigai oleh Hikari ia hanya membalas:
”Waah… selamat ya yg udah dapet pacar ^o^. Jadi pengen tau kayak gimana orangnya…^^”

Dan Tsubasa mengakhiri pembicaraannya dengan Hikari. Ia pun memukul kepalanya sendiri dan berkata dalam hati, ”Bodoh!!! Bukannya aku ingin melupakan perasaan itu? Kenapa dadaku jadi sesak begini… Sial….”. Jauh di dalam lubuk hatinya, Tsubasa masih mencintai Hikari yang mau menerimanya dan satu-satunya temannya. Tapi, didalam hatinya juga, ia tahu ia tidak boleh mencintai Hikari karena ia adalah perempuan dan juga dirinya. Pemikiran yang bertabrakan ini membuat pikirannya kacau. Rasa senang ingin bertemu Hikari tiba-tiba saja menghilang dan menjadi rasa frustasi dan dadanya terasa sakit seperti di tusuk pedang.
Beberapa minggu kemudian, Tsubasa pun resmi menjadi murid di Fakultas terebut. Ia pun bertemu dengan Hikari dan perasaannya pun menjadi senang walaupun ia juga merasa tersiksa bila melihat Hikari. Tapi, ia telah menetapkan hati untuk memendam semua perasaan cintanya terhadap Hikari.
“Huwaaaa~ Selamat ya, Tsubasa-chan >.<” Hikari memeluk Tsubasa erat
“Uwaa…. Sesak, Hikari-senpai O.o”
“He he… maaf ^^. Tsubasa…” Hikari menempelkan jarinya di bibir Tsubasa
“H-he?” Wajah Tsubasa memerah
“Jangan panggil aku Senpai lagi. Panggil saja Hikari.”
“T-tapi…” Tsubasa merasa enggan
“Kalo manggil aku Senpai lagi nanti aku nggak mau ngomong sama kamu lho. Nah, sekarang coba sebut nama q ^^” Hikari mengancam
“E-eeeeh? O.o e-euhm…Hi-Hikari-san.”
“Pintaaaar~ >.<” Hikari memeluk Tsubasa lagi walau tidak se-erat sebelumnya membuat jantung Tsubasa berdetak tidak karuan.
Tiba-tiba, muncul seorang cowok yg berpenampilan nyentrik. Rambutnya berwarna hitam dengan bagian bawahnya berawarna putih dan memakai jaket kulit hitam dengan dalaman kaos putih. Badannya tinggi sekitar 178 cm dan atletis. Dia menegur Hikari, “Yo. Pagi, Hikari ^^.”
“Pagi, Kai ^^.” Balas Hikari
“Siapa cowok ini?” Tanya Kai
“Oh, ini temanku. Namanya Haruka Tsubasa. Imut kan?”
“Hee… mukanya kok kayak cewek ya?” Komentar Kai
Tsubasa tidak berkomentar dan hanya tersenyum.
“Aku Hibari Kai. Salam kenal.” Kai menjulurkan tangannya pada Tsubasa
“Haruka Tsubasa, salam kenal juga.” Tsubasa berjabat tangan dengan Kai
“Tsubasa-chan, ini Kai, pacarku he he…^^ kita jadian 2 bulan yang lalu.” Ujar Hikari
“Selamat ya, Hikari-san. Ah, aku baru ingat aku ada keperluan, udah dulu ya. Daah~” Tsubasa melambaikan tangan dan pergi dari mereka berdua.
Tsubasa mencari tempat sepi dan menyandarkan diri ke tembok sambil memegang dadanya. Ia merasa sangat sesak saat melihat Kai dan Hikari yang begitu bahagia. Rasa sakit di dadanya membuatnya ingin menangis. Tapi, ia menahannya dan mengedahkan kepalanya menghadap langit.

Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi…
Hanya untuk bersamanya…
Kumencintainya…
Sungguh mencintainya…

*********
Setiap hari, Tsubasa memang dapat bersama lagi dengan Hikari. Tapi kali ini ditambah kehadiran seorang lagi yaitu, Kai. Tsubasa merasa terasingkan karena Kai dan Hikari terlihat begitu mesra.
Suatu hari, Hikari mampir ke kelas Tsubasa untuk main. Tsubasa sempat bingung karena tumben Hikari tidak bersama dengan Kai. Padahal, selama ini mereka selalu nempel bagaikan lem dan perangko. Saat Tsubasa bertanya begitu, Hikari hanya menjawab, “Habis, selama aku sama Kai, kamu selalu diam saja dan Cuma ngomong kalo perlu. Sekali-sekali, boleh gantian kan?”. Tsubasa merasa terharu dengan kata-kata Hikari.
“Tsubasa-chan, menurutmu, Kai itu bagaimana?” Tanya Hikari
“Umm… maksudmu?” Tsubasa kebingungan
“Ya… apa dia cocok denganku atau mungkin pendapatmu tentang dia.”
“Yah, dari yang kulihat, kamu bahagia sekali bersamanya jadi ya, cocok. He he… Kai-san juga kelihatanya dapat diandalkan dan bahagia bersamamu. Karena itu…” Tsubasa terdiam
“Karena apa?” Hikari penasaran
“Ah… tidak… aku lupa tadi mau ngomong apa ha ha…” Tsubasa pura-pura bercanda
“Aaah~ Tsubasa-chan iseeeng >.<” Hikari mencubit pipi Tsubasa
“Aaa~ gomenasai >.<” Tsubasa tampak sedikit lebih ceria
Tiba-tiba telepon Hikari berbunyi. Tampaknya itu dari Kai yang kecarian. Hikari pun minta maaf pada Tsubasa karena Kai tiba-tiba memanggilnya dan pergi menuju tempat Kai. ”Karena itu dia begitu beruntung bisa mendapatkan dirimu…” pikir Tsubasa. Ia tidak dapat mengucapkan kata tersebut karena ia takut Hikari akan mencurigainya bila berkata begitu. Saat Tsubasa melihat ke mejanya, ia lihat sebuah buku yang tidak ia kenali. Saat ia lihat, ternyata itu buku milik Hikari. Ia pun segera mengejar Hikari untuk menyerahkan buku tersebut. Tak tahu harus kemana, ia pun pergi ke tempat biasa mereka berkumpul.
Sesampainya di tempat itu, ia melihat Hikari dan Kai sedang berciuman. Hal ini membuat Tsubasa merasa sangat terkejut dan sakit hati. Sesudah mereka melepaskan ciumannya karena menyadari Tsubasa, Tsubasa memberikan buku tersebut pada Hikari. Tapi, Hikari menyadari ada yang aneh dengan Tsubasa saat menyerahkan buku itu. Suaranya agak sedikit goyang.
“Tsubasa-chan, kamu kenapa?” Tanya Hikari
“Ah, tidak. A-aku nggak apa-apa kok.” Tsubasa pura-pura tersenyum
“Tapi, matamu seperti ingin menangis.”
“A-ah… tidak. Tadi aku Cuma kelilipan.” Tsubasa menutup mata kanannya dengan tangannya
“Tapi…”
“A-aku permisi dulu. Maaf mengganggu.” Tsubasa melarikan diri
“Ah! Tsubasa!” Hikari mencoba mengejar Tsubasa meninggalkan Kai sendiri
Sementara itu, Kai tersenyum kecil. “Nfu fu… ternyata begitu ya… “
Hikari akhirnya dapat mangejar Tsubasa. Ia menangkap tangan Tsubasa. Namun, saat ia lihat wajah Tsubasa, ternyata Tsubasa sedang menangis. Hikari terkejut dengan apa yang ia lihat. Tak tega, ia membiarkan Tsubasa pergi. Hikari kemudian berpikir, ”Tsubasa… ternyata kamu masih…”
Tsubasa berlari menuju atap sekolah yang sepi. Disana, ia duduk sendiri sambil menangis. Hatinya terasa pilu setelah melihat kejadian tadi. Ia tidak menyangka hatinya akan sesakit ini hanya karena Hikari. Ternyata ia masih belum bisa melupakan perasaannya pada Hikari sehingga sebenarnya ia tidak rela Hikari diambil oleh Kai.
Tak lama kemudian, tiba-tiba terlihat sosok seseorang datang ke atap sekolah. Ternyata itu adalah Kai. Ia pun menegur Tsubasa, “Yo..”
“Ada apa?” Jawab Tsubasa
“Tidak ada apa-apa. Cuma mau bilang… Haruka Tsubasa, kamu… perempuan, ‘kan?”
“He? Apa… maksudmu?” Tsubasa mencoba mengelak
“Jangan mengelak. Lagipula aneh bila Hikari lebih memilih aku daripada kamu. Kamu kan serba sempurna. Aneh saja bila ia memilihku.” Jelas Kai
“Mungkin ia hanya menganggapku sebagai adik.” Tsubasa mencari alasan
“Ha ha… itu mungkin. Tapi, kamu sering bolos jam pelajaran olahraga terutama bila pelajaran renang. Dan lagi kamu tidak pernah ganti baju di ruang ganti pria. Itu semua bukti yang cukup kan?”
“Kenapa kamu tahu semua itu?” Tsubasa sudah terdesak
“Alasannya simpel. Hikari adalah milikku. Sejak kamu masuk, aku sudah merasa terganggu karena kamu terus saja mengikuti Hikari dan aku tahu bahwa kau sebenarnya menyukai Hikari, kan? Orang yang mengganggu kesenanganku akan kuhancurkan dengan cara apapun.”
“Jadi? Kamu mau apa setelah mengetahui hal itu?” Tsubasa pasrah
“Aku minta kamu tidak pernah dekat-dekat dengan Hikari lagi kalau tidak, akan kubocorkan rahasiamu ini.” Ancam Kai
“…… aku mengerti.” Jawab Tsubasa dengan pasrah
Kai kemudian meninggalkan Tsubasa dengan wajah puas. Tsubasa menangis lagi sendiri di tempat itu.

Tak pernah aku bermaksud mengusikmu…
Mengganggu setiap ketentraman hidupmu…
Hanya tak mudah bagiku melupakanmu…
Dan pergi menjauh…

**********
Tak peduli berapakalipun aku terjatuh…
Aku akan terus berusaha menyentuh hatimu itu…

Hari demi hari berlanjut. Tsubasa tidak pernah menemui Hikari lagi karena ancaman Kai. Dan bagi Tsubasa, hal ini juga bagus agar ia dapat melupakan Hikari. Tapi, setiap kali ia melihat sosok Hikari walau dari jauh, ia tidak bisa tenang.
Hikari pun merasa ada yang aneh dengan Tsubasa. Ia tidak pernah lagi menegurnya langsung maupun lewat telepon. Dan lagi setiap ia memanggilnya Tsubasa seperti pura-pura tidak mendengar dan menghindarinya. Hal itu juga membuat Hikari resah. Ia bingung karena ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun.
Suatu hari, Hikari mencegat Tsubasa saat hendak pulang. Namun, Tsubasa mencoba menghindarinya dengan alasan ada banyak urusan. Hikari tahu ia berbohong dan tetap tidak membiarkan dia pergi.
“Tsubasa-chan, sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kamu selalu menghindar dariku?”
“Aku… sibuk. Aku jadi tidak bisa-“
“Bohong!!!” Hikari memotong perkataan Tsubasa “Tsubasa-chan selalu saja menanggung semuanya sendiri… kamu pikir aku nggak khawatir?” Hikari menangis
“E-euhm… Hikari-san, jangan nangis… aku… aku minta maaf ya.” Tsubasa mengelus kepala Hikari
“Kalo gitu… kenapa kamu ngehindarin aku sih?” Hikari mulai berhenti menangis
“Kamu… mau tahu?” Hikari menganggukan kepala
Tsubasa pun menceritakan semuanya. Hikari tidak percaya Kai mengancam Tsubasa seperti itu. Ia bingung apa masalah Kai sampai-sampai ia mengancam Tsubasa seperti itu.Hikari yang tidak menerima kenyataan itu melarikan diri. Khawatir, Tsubasa mengejar Hikari namun ia kehilangan jejak Hikari.
Tsubasa berlari kesana kemari mencari-cari sosok Hikari. Saat ia lihat, ada segerombolan lelaki yang mencoba menculik Hikari. Tsubasa mengejar mereka namun mereka mengacungkan pistol ke arah Tsubasa. Mereka mau melepaskan Hikari dengan syarat Tsubasa membawa uang 20 juta ke alamat yang mereka berikan tanpa memberitahu polisi atau siapapun. Tsubasa menyetujui persyaratan tersebut. Hikari pun dibawa pergi oleh mereka. ”Aku pasti akan menolongmu…” pinta Tsubasa.
Tsubasa berencana untuk mendobrak masuk ke tempat persembunyian para penculik tersebut. Ia mengambil busur dan panah yang ia punya bekas untuk latihan Kyudo. Tsubasa pernah berkali-kali memenangi kompetisi panah sehingga ia cukup percaya diri dalam hal ini.
Sesampainya di tempat persembunyian mereka, Tsubasa memasang 2 buah anak panah ke busurnya karena di depan terdapat 2 penjaga. Ia pun mulai membidik mereka dan bidikannya tepat mengenai kepala mereka. Tsubasa kemudian memasang beberapa anak panah lagi ke busurnya dan pelan-pelan membuka pintu itu. Ia pun melepaskan anak panahnya lagi sehingga mengenai beberapa anggota mereka didalam. Di dalam gudang itu menjadi ricuh. Mereka melepaskan tembakan-tembakan pada Tsubasa.
Di dalam hanya tersisa 5 orang. Ia mendobrak masuk dan mencari tempat perlindungan dari tembakan-tembakan tersebut. Ia bersembunyi di balik sebuah mobil using yang sudah rusak yang ada di dalam gudang itu. Ia memasang lagi 2 buah anak panah dan melepaskannya tepat mengenai leher 2 orang.
Sayangnya, anak panah Tsubasa habis. Untungnya ia membawa sebuah pedang samurai untuk jaga-jaga bila anak panahnya habis dan ia tidak menyangka bahwa ia harus menggunakannya. Disana hanya tersisa 3 orang, Tsubasa terpaksa keluar dari persembunyian dan mencoba menghindari tembakan-tembakan itu. Ia pun meyerang salah satu dari mereka. Salah satu dari mereka yang panik menembak membabi-buta dan salah satu peluru menyerempret mata kanan Tsubasa sehingga kelopak matanya terluka.
Mata kanan Tsubasa sulit dibuka karena sakit. Ia kesusahan melihat hanya dengan 1 mata sehingga ia terjatuh dan bertumpu pada lututnya. Salah satu dari mereka yang puas dapat mengenai Tsubasa mendekati Tsubasa dengan niat ingin membunuhnya. Tsubasa mengambil kesempatan dan saat pria itu dekat, ia menusuknya tiba-tiba. Sisa 1 orang lagi. Sayangnya ia menahan Hikari dan mengacungkan pistol ke kepalanya.
“Tunggu! Jangan bergerak atau kuledakkan kepalanya….” Wajah pria itu tampak ketakutan
“….berani?” Tsubasa mencoba berdiri
“H-ha?” Ia tidak mendengar jelas apa yang Tsubasa katakan
“Apa kamu berani menarik pelatuk itu?” Tsubasa memelototi pria itu
Tatapan Tsubasa yang begitu tajam membuat pria itu membeku dan tidak bisa bergerak. Tsubasa mendekatinya sedikit demi sedikit. Pria itu tetap diam. Tsubasa mengambil pistol yang ada di tangan pria itu dan membuangnya. Pria itu kemudian kabur dan Tsubasa membiarkannya. Tsubasa melepaskan kain yang menutup mulut Hikari dan ikatan ditangannya. Tsubasa kemudian memapah Hikari ala pengantin dan membawanya keluar.
“Tsubasa… kamu terluka.” Hikari melihat darah yang terus mengalir dari mata kanan Tsubasa
“Tidak… aku tidak apa-apa.” Jawab Tsubasa sambil terus berjalan
Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di depan Tsubasa. Dari dalam keluar Sora. Ia memasukan Hikari ke dalam mobil. Tiba-tiba saja Tsubasa pingsan dan terkulai di tanah.
Tsubasa segera dibawa ke rumah sakit. Untungnya ia hanya pingsan karena kehilangan banyak darah. Hikari tidak kembali ke rumah, ia terus menemani Tsubasa di rumah sakit. Saat Hikari kira Tsubasa sudah sadar, ternyata ia sedang mengigau. Tetapi igauan itu seperti menyiksa Tsubasa.
“Jangan…ayah…ibu…” Tsubasa mengernyit kesakitan dalam tidurnya
“Tsubasa-chan?” Hikari kebingungan dengan keadaan Tsubasa
Wajah Tsubasa pucat. Badannya terasa panas dan keringatnya bercucuran. Hikari merasa bersalah atas keadaan Tsubasa sekarang. Kalau saja ia tidak melarikan diri maka hal ini tidak akan terjadi dan Tsubasa tidak akan terluka. Hikari menangis karena ia seringkali membuat Tsubasa menderita.
Sora masuk ke dalam kamar Tsubasa. Melihat Hikari menangis, Tsubasa mengelus kepala Hikari dan berkata, “Ini bukan salah Hikari, kok.”
“Tapi… Tsubasa sudah menderita terlalu banyak untukku. Aku terlalu sering menyakitinya. Seandainya aku bisa menghilang dari hadapannya…” Hikari terus menangis
“Sudah, jangan menangis. Tsubasa pasti akan sedih mendengarmu. Ia justru melakukan hal ini agar bisa terus melihatmu. Baginya, kamu adalah orang yang paling penting. Tak peduli sebanyak apa dia terluka, asalkan ia bisa terus melihatmu tersenyum, itu sudah cukup.” Hikari pun berhenti menangis “Nah, Hikari… lebih baik kamu pulang sekarang. Orangtuamu pasti mengkhawatirkanmu.”
“A-aah… iya… Sora-san, boleh aku Tanya 1 hal?”
“Boleh ^^. Apa itu?”

…………….
…………….

Keesokan harinya, saat Tsubasa datang ke sekolah, banyak orang yang memandanginya karena perban di mata kanannya itu tapi Tsubasa mengacuhkan pandangan mereka dan terus berjalan menuju kelasnya. Sesampainya dikelas, Hikari sedang duduk di bangkunya sambil membaca buku. Hikari yang menyadari kehadiran Tsubasa lalu menyapanya.
“Tsubasa… mata kananmu… bagaimana?” Tanya Hikari
“Tidak apa-apa kok. Yang terluka hanya kelopak matanya saja.” Tsubasa tersenyum kecil
“Kemarin… maaf ya. Karena aku kamu jadi terluka seperti ini.” Hikari terlihat murung
“Bukan salah Hikari-san, kok. Aku juga kurang berhati-hati. Jangan terlalu dipikirkan.”
“Y-ya… terima kasih, Tsubasa.”
“Sama-sama, Hikari-san.”
Hikari kemudian pergi kembali ke kelasnya. Tsubasa berpikir, ”apa ia kesini hanya untuk mengucapkan itu? Kok aneh…” tiba-tiba di luar terdengar suara rusuh. Tsubasa melihat ditengah kerumunan itu ada Hikari dan Kai yang pipinya seperti habis ditampar. Tampaknya Hikari habis menampar Kai.
“Apa maksudmu?” Ujar Kai
“Tanya saja dirimu sendiri…” Jawab Hikari
“Apa ini gara-gara “anak itu”? Sadar nggak sih, kalo lo berbuat kayak gini rahasianya bakal gue bongkar?” Kai tersenyum licik
“Nfu fu… kalau kamu berani melakukan itu, maka akan kuberitahu rahasia terbesarmu yang pernah kamu beritahu padaku…” Hikari balas mengancam
“S-sial… ternyata waktu itu kamu dengar ya?” Kai terlihat kesal
“Kau pikir aku siapa, hah?” Hikari tersenyum licik
“Siaaaaal!!!” Kai menerobos kerumunan dan melarikan diri
Tsubasa agak takut melihat Hikari yang barusan. ”Uwaa… aku harus hati-hati nih… -.-” ckckck…” pikirnya. Hikari kemudian tersenyum pada Tsubasa dan pergi kembali ke kelas. Tsubasa masih merasa aneh dengan Hikari barusan. Padahal setaunya, Hikari sangat mencintai Kai dan tidak mau percaya dengan apa yang sebenarnya dilakukan Kai.
Sepulang sekolah, Tsubasa tidak melihat sosok Hikari. Padahal biasanya Hikari sering terlihat saat pulang. Akhirnya, Tsubasa pun pulang.
Malam harinya, sepertinya ada tamu yang datang. Tsubasa malas keluar karena ia sedang mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk. Tapi, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Tsubasa merasa bingung, ”siapa malam-malam gini?”. Saat ia buka pintu kamarnya, ternyata tamunya adalah Hikari. Tsubasa sangat terkejut.
“H-hikari-san? Kenapa ada disini? Dan lagi tahu darimana alamat rumahku?” Tanya Tsubasa
“He he… aku diberitahu kakakmu. Boleh kan sekali-kali aku main ke rumah teman baikku?”
“Yah… nggak ada yang ngelarang sih.” Tsubasa menggaruk kepalanya. Tsubasa mengajak Hikari masuk ke dalam.
“Wah… kamar Tsubasa rapi banget. Beda sama kamarku.” Hikari menghempaskan dirinya ke tempat tidur
“Euhm… biasa saja sih.” Wajah Tsubasa agak merona karena ada Hikari
“Tsubasa-chan, sini sini…^^” Hikari memanggil Tsubasa
“Ada ap-“ Hikari menarik Tsubasa jatuh ke tempat tidur sehingga Tsubasa berada di atas Hikari. Hikari pun tiba-tiba mencium Tsubasa. Tsubasa sangat terkejut dengan perbuatan Hikari. Hikari memeluk Tsubasa erat setelah melepaskan ciumannya. Jantung Tsubasa serasa mau copot.
“Tsubasa-chan… Aku… aku mencintaimu…”
“He?” Tsubasa terkejut dengan pengakuan Hikari
“Kamu telah berbuat begitu banyak untukku sampai terluka seperti ini. Awalnya aku takut ketika kamu pertama menciumku. Tapi, kegigihanmu itu menyentuh hatiku. Tak peduli berapa kali kamu terjatuh, kamu tetap mencoba menyentuh hatiku ini. Aku suka Tsubasa yang seperti itu.” Hikari tersenyum lembut.
“Apa ini tidak apa-apa? Hal ini tidak wajar dan tidak akan diterima di masyarakat.” Tsubasa tampak ragu
“ Tsubasa tidak mau?” Tsubasa menggelengkan kepalanya “Kalau begitu wajar saja kan? Kita saling mencintai. Aku tidak peduli apa kata orang tentang kita nanti. Itu bukan urusan mereka, bukan?”
“Kamu serius?” Tanya Tsubasa
“Ya…” Jawab Hikari
Tsubasa memeluk balik Hikari dan menciumnya. Malam itu adalah malam paling membahagiakan bagi Tsubasa karena perjuangannya selama ini tidak sia-sia. Hikari akhirnya menerimanya walaupun Tsubasa masih merasa takut akan pandangan orang sekitar.

Semua yang telah kulakukan demimu tidak berakhir sia-sia…
Karena kau sekarang telah menjadi milikku…

The End